Menjaga Diri Dari Sifat Hasad

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّرُ الْحَطَبَ.
“Jagalah dirimu dari hasad, karena sesungguhnya hasad itu merusak kebaikan. Sebagaimana api memakan kayu bakar”
(HR. Abu Daud No. 4257 dari Abu Hurairah)
Kata hasad berasal dari bahasa Arab yang berarti iri,
dengki. Iri berarti merasa kurang senang dan cemburu melihat orang lain
beruntung atau mendapatkan suatu kesenangan. Iri juga salah satu bentuk
gangguan mental karena semakin banyak melihat orang lain senang, maka
semakin gelisah pula hatinya. Adapun dengki merupakan akibat adanya
sikap iri. Sedangkan menurut istilah yaitu membenci nikmat Allah SWT
yang dianugerahkan kepada orang lain, dengan keinginan agar nikmat yang
didapat orang tersebut segera hilang atau terhapus. Asal sekedar benci
orang lain mendapatkan nikmat, itu sudah dinamakan hasad. Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
ان الحسد هو البغض والكراهة لما يراه من حسن حال المحسود
“Hasad adalah sekedar benci dan tidak suka terhadap kebaikan yang ada pada orang lain yang ia lihat.”
Dosa hasad merupakan dosa yang pertama dilakukan iblis yang enggan
tunduk memberi penghormatan kepada Adam as sehingga ia dikutuk Allah
SWT. Sedang dosa yang pertama muncul di bumi ialah dosa yang dilakukan
Qabil karena hasad kepada saudaranya sendiri yang bernama Habil. Habil
dibunuh Qabil yang hasad karena iri akan nikmat yang diperoleh Habil
yang qurbannya diterima Allah SWT.
Orang yang hasad sama saja dengan orang yang menzholimi
saudaranya. Oleh karena itu, orang yang didengki (dihasad) akan
mendapatkan manfaat dari orang yang hasad di akhirat kelak. Kebaikan
orang yang hasad akan diberikan pada orang yang didengki (dihasad) dan
kejelekan orang yang didengki (dihasad) akan beralih pada orang yang
hasad. Bisa terjadi seperti ini karena orang yang hasad layaknya orang
yang menzholimi orang lain. Sehingga penyelesaiannya dengan jalan
seperti itu. Lebih-lebih lagi jika hasad tadi diteruskan dengan
perkataan, perbuatan dan ghibah (menggunjing), tentu akibatnya lebih
parah.
Itu tadi adalah akibat di akhirat. Sedangkan di dunia, orang yang hasad
pun menderitakan berbagai kerugian. Jika orang yang ia hasad terus
mendapatkan nikmat, hatinya akan semakin sedih dan terus seperti itu.
Bulan pertama, ia hasad karena omset saudaranya meningkat 50 %, ini
kesedihan pertama. Jika bulan kedua meningkat lagi, ia pun akan semakin
sedih. Begitu seterusnya, orang yang hasad tidak pernah mendapatkan
untung, malah kesedihan yang terpendam dalam hati yang ia peroleh waktu
demi waktu.
BAHAYA HASAD
Hasad memiliki banyak bahaya di antaranya:
1. Tidak menyukai apa yang Allah takdirkan. Merasa tidak suka dengan
nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain pada hakikatnya adalah
tidak suka dengan apa yang telah Allah takdirkan dan menentang takdir
Allah.
2. Hasad itu akan melahap kebaikan seseorang sebagaimana api melahap
kayu bakar yang kering karena biasanya orang yang hasad itu akan
melanggar hak-hak orang yang tidak dia sukai dengan menyebutkan
kejelekan-kejelekannya, berupaya agar orang lain membencinya,
merendahkan martabatnya dll. Ini semua adalah dosa besar yang bisa
melahap habis berbagai kebaikan yang ada.
3. Kesengsaraan yang ada di dalam hati orang yang hasad. Setiap kali dia
saksikan tambahan nikmat yang didapatkan oleh orang lain maka dadanya
terasa sesak dan bersusah hati. Akan selalu dia awasi orang yang tidak
dia sukai dan setiap kali Allah memberi limpahan nikmat kepada orang
lain maka dia berduka dan susah hati.
4. Hasad bertolak belakang dengan iman yang sempurna. Nabi bersabda,
“Kalian tidak akan beriman hingga menginginkan untuk saudaranya hal-hal
yang dia inginkan untuk dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim).
Tuntutan hadits di atas adalah merasa tidak suka dengan hilangnya nikmat
Allah yang ada pada saudara sesama muslim. Jika engkau tidak merasa
susah dengan hilangnya nikmat Allah dari seseorang maka engkau belum
menginginkan untuk saudaramu sebagaimana yang kau inginkan untuk dirimu
sendiri dan ini bertolak belakang dengan iman yang sempurna.
5. Hasad adalah penyebab meninggalkan berdoa meminta karunia Allah.
Orang yang hasad selalu memikirkan nikmat yang ada pada orang lain
sehingga tidak pernah berdoa meminta karunia Allah padahal Allah ta’ala
berfirman,
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan
Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain.
(karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka
usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka
usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. an Nisa’: 32)
6. Hasad penyebab sikap meremehkan nikmat yang ada. Maksudnya orang yang
hasad berpandangan bahwa dirinya tidak diberi nikmat. Orang yang dia
dengki-lah yang mendapatkan nikmat yang lebih besar dari pada nikmat
yang Allah berikan kepadanya. Pada saat demikian orang tersebut akan
meremehkan nikmat yang ada pada dirinya sehingga dia tidak mau menyukuri
nikmat tersebut.
7. Hasad adalah akhlak tercela. Orang yang hasad mengawasi nikmat yang
Allah berikan kepada orang-orang di sekelilingnya dan berusaha
menjauhkan orang lain dari orang yang tidak sukai tersebut dengan cara
merendahkan martabatnya, meremehkan kebaikan yang telah dia lakukan dll.
Ketika hasad timbul umumnya orang yang di dengki itu akan dizalimi
sehingga orang yang di dengki itu punya hak di akhirat nanti untuk
mengambil kebaikan orang yang dengki kepadanya. Jika kebaikannya sudah
habis maka dosa orang yang di dengki akan dikurangi lalu diberikan
kepada orang yang dengki. Setelah itu orang yang dengki tersebut akan
dicampakkan ke dalam neraka.
Cara Mengatasi Penyakit Hasad
Agar kita tidak terjerumus dalam penyakit hati yang satu ini, maka ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan, di antaranya:
Pertama: Pertebal iman dan rasa yakin pada takdir Allah, tentu saja dengan terus menambah ilmu.
Kedua: Mengingat akibat hasad yang berdampak di dunia maupun di akhirat.
Ketiga: Selalu bersyukur dengan yang sedikit. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278
Keempat: Selalu memandang orang yang di bawahnya dalam masalah dunia.
, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ
فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia)
dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan
demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.”
(HR. Muslim no. 2963)
Kelima: Banyak mendoakan orang lain yang mendapatkan nikmat dalam
kebaikan karena jika kita mendoakannya, kita akan dapat yang semisalnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Do’a seorang muslim kepada saudaranya ketika saudaranya tidak
mengetahuinya adalah do’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisinya ada
malaikat (yang bertugas mengaminkan do’anya kepada saudarany). Ketika
dia berdo’a kebaikan kepada saudaranya, malaikat tersebut berkata :
Amin, engkau akan mendapatkan yang semisal dengannya.” (HR.
Muslim no. 2733)
Setelah mengetahui hal ini, masihkah ada iri pada
saudara kita? Semoga Allah memberi taufik untuk terhindar dari penyakit
yang satu ini. Amin, Yaa Mujibas Saailin.(Walloohu A’lam /bagus /dari
berbagai sumber)