Jaga Lidah, Hati – Hati Berbicara

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada
di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir. (QS Qoof : 18)
“ Barangsiapa beriman dengan Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia
berkata yang baik atau ia diam". (HR.Bukhori Muslim)
Pepatah mengatakan, “Mulutmu harimaumu.” Oleh karena itu,
kecermatan dalam berbicara mutlak harus kita upayakan. Kita perlu tahu
secara pasti, kapan kita bicara, apa yang harus kita bicarakan, dan
paling penting adalah manfaat apa yang akan diperoleh diri sendiri, yang
mendengar dan orang lain, tatkala kita berbicara. Seringkali seseorang
berbicara tanpa diawali proses berpikir dan tidak melalui pertimbangan
sebelumnya. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba
benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan dia
tergelincir ke dalam neraka yang jaraknyaa lebih jauh antara timur dan
barat.” (HR. Bukhari Muslim).
Begitu banyak bencana yang ditimbulkan akibat terpelesetnya
lisan, seperti dusta, mengumpat, adu domba, riya, bermuka dua, berkata
keji, berdebat, mengingkari janji, membuka aib orang lain, memuji diri
sendiri, melaknati, menyakiti orang lain untuk meruntuhkan
kehormatannya, serta ucapan-ucapan kotor lainnya.
Muhammad bin Wasi' berkata kepada Malik bin Dinar:
"Wahai Abu Yahya! Menjaga lisan itu lebih berat dari pada
menjaga uang dinar atau uang dirham!" Mengingat begitu
besarnya efek yang ditimbulkan oleh perkataan maka diam adalah sikap
mulia yang menjadi kebiasaan para Nabi dan Wali Allah. Diam itu indah
dan nikmat karena bisa menentramkan batin dan menyedikitkan resiko yang
bisa timbul akibat banyak bicara. Rasulullah saw. bersabda:
"Diam adalah akhlak yang terbaik. Barang siapa suka humor
tentu dia akan disepelekan."
Dari sinilah beliau menganjurkan untuk bergaul dengan orang
yang diam lagi berwibawa, sebab dia akan mengajarkan berbagai hikmah dan
keutamaan. Seperti yang beliau jelaskan dalam sabdanya:
اِذَا رَاَيْتُمُ الْمُؤْمِنَ صُمُوْتًا وَ قُوْرًا فَادْنُوْا مِنْهُ فَاْنَّهُ يُلَقِّنُ الْحِكْمَةِ
Artinya: "Apabila kamu melihat orang mukmin yang pendiam
lagi berwibawa maka dekatilah dia. Sesungguhnya dia akan mengajarkan
hikmah."
Orang yang bijaksana akan selalu berpikir panjang sebelum
berbicara. Jika bicaranya dapat menimbulkan kemudhorotan, baik bagi
dirinya atau orang lain maka ia akan lebih memilih bersikap diam. Sebab
diam itu bisa menjauhkan fitnah dan permusuhan. Dalam hal ini,
Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya lisan seorang
mukmin itu berada di belakang hatinya. Apabila hendak mengatakan
sesuatu, ia mempertimbangkan dengan hatinya, kemudian ia laksanakan
dengan lisannya. Adapun lisan orang munafik itu ada di depan hatinya.
Apabila ia menginginkan sesuatu ia laksanakan dengan lisannya tanpa
mempertimbangkan dengan hatinya."
Untuk itu, seluruh anggota tubuh senantiasa
memperingatkan kepada lisan untuk berhati-hati dalam berbicara. Sebab
kesalahan yang dilakukan oleh lisan dampaknya dapat dirasakan langsung
oleh anggota tubuh yang lain sampai akhirat nanti. Seperti yang
dijelaskan Rasulullah saw. dalam sabdanya:
اِذَا اَصَبَحَ ابْنُ اَدَمَ اصْبَحَتِ اْلاَعْضَاءُ ذُكِّرُ اللَِسَانَ اى
تَقُوْلُ اِتَّقِ اللهَ فِيْنَا فَاِنَّكَ اِنِ اسْتَقَمْتَ اِسْتَقَمْنَا
وَاٍنْ اِعْوَجَجْتَ اِعْوَجَجْنَا
Artinya: "Apabila anak cucu Adam masuk waktu pagi maka
semua anggota badan berpesan kepada lisan. Maksudnya ia berkata,
"Takutlah kepada Allah demi kami, karena jika kamu tegak,
niscaya kami tegak. Jika kamu bengkok, niscaya kami
bengkok!"
Diam selain dapat menyelamatkan diri, juga dapat menjauhkan
dari murka Allah.Hendaknya seorang mukmin berhati-hati dari berbagai
bahaya lidah tersebut, sebab kelak ia akan dihisab (diadili) dan
mendapat balasan. Allah Ta’ala berfirman, “Tidak ada suatu kata yang
diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap
(mencatat).” (QS. Qaaf: 18)
Dan firman AllahTa’ala, “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak
kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua
itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS.Al-Israa`: 36)
Hadits-hadits yang menunjukkan masalah menjaga Lidah di antaranya :
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka hendaknya ia selalu mengucapkan yang baik atau ia diam.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Nabi Sallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Di antara tanda-tanda
bagusnya keislaman seseorang adalah tindakannya meninggalkan apa-apa
yang tidak bermanfaat untuk dirinya.”
(HR. At-Tirmidzi).
Ketika ditanya tentang perkara yang lebih banyak memasukkan orang ke
dalam neraka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Mulut
dan kemaluan.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Di dalam Musnad Imam Ahmad, dari Anas bin Mâlik , dari Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam, beliau bersabda:
لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلَا
يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ وَلَا يَدْخُلُ رَجُلٌ
الْجَنَّةَ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
"Iman seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga hatinya
istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga
lisannya istiqomah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari
kejahatan-kejahatannya, ia tidak akan masuk surga".
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّة
"Barang siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara
dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku
menjamin surga baginya."
Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam juga menjelaskan, menjaga lidah merupakan keselamatan.
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا
النَّجَاةُ قَالَ أَمْلِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ
وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rohimakulullooh berkata : “Anehnya,
seseorang begitu mudah menjaga diri dari memakan makanan haram, tindakan
zhalim, zina, mencuri, minum khamar, melihat yang haram, dan lain
sebagainya, tetapi ia sulit menjaga lidahnya. Kamu bisa melihat orang
yang terpandang dalam urusan agama, ahli ibadah dan seorang zuhud,
tetapi ia mengucapkan kata-kata yang menuai murka Allah, sedangkan dia
tidak peduli sama sekali. Dengan satu kata saja ia bisa tergelincir ke
dalam api neraka lebih jauh dari jarak antara timur dan barat. Betapa
banyak kamu melihat orang yang mejaga diri dari kekejian dan kezhaliman,
tetapi lidahnya selalu menodai kehormatan orang yang hidup dan yang
sudah meninggal dunia, tanpa sedikit pun memikirkan apa yang ia
ucapkan.”
Imam asy-Syafi`i berkata: "Jika seseorang menghendaki
berbicara, maka sebelum berbicara hendaklah ia berfiikir; jika jelas
nampak maslahatnya, maka ia berbicara; dan jika ragu-ragu, maka tidak
berbicara sampai jelas maslahatnya".
Yahya bin Mu`adz berkata: "Hati itu seperti periuk dengan
isinya yang mendidih. Sedangkan lidah itu adalah gayungnya. Maka
perhatikanlah ketika seseorang berbicara. Karena sesungguhnya, lidahnya
itu akan mengambilkan untukmu apa yang ada di dalam hatinya, manis,
pahit, tawar, asin, dan lainnya. Pengambilan lidahnya akan menjelaskan
kepadamu rasa hatinya".
Demikianlah, lidah merupakan nikmat yang besar, namun kita
perlu mengetahui, bahwasanya lidah yang berfungsi untuk berbicara ini
seperti senjata bermata dua. Yaitu dapat digunakan untuk taat kepada
Allah, dan juga dapat digunakan untuk memperturutkan setan.
Jika seorang hamba mempergunakan lidahnya untuk membaca Al-Qur`ân,
berdzikir, berdoa kepada Allah, untuk amar ma`ruf, nahi munkar, atau
untuk lainnya yang berupa ketaatan kepada Allah, maka inilah yang
dituntut dari seorang mukmin, dan ini merupakan perwujudan syukur kepada
Allah terhadap nikmat lidah. Sebaliknya, jika seseorang mempergunakan
lidahnya untuk berdoa kepada selain Allah, berdusta, bersaksi palsu,
melakukan ghibah, namimah, memecah belah umat Islam, merusak kehormatan
seorang muslim, bernyanyi dengan lagu-lagu maksiat, atau lainnya yang
berupa ketaatan kepada setan, maka ini diharamkan atas seorang mukmin,
dan merupakan kekufuran kepada Allah terhadap nikmat lidah.
Dengan demikian, lidah manusia itu bisa menjadi faktor yang
bisa mengangkat derajat seorang hamba di sisi Allah, namun juga bisa
menyebabkan kecelakaan yang besar bagi pemiliknya. BERHATI-HATILAH
DENGAN LIDAH KETIKA BERBICARA
Ya Allah, sucikanlah lidah-lidah kami dari semua bahaya dan jadikanlah
ia selalu berada dalam ketaatan kepada-Mu.Amien Waalloohu A’lam ( bagus
/dari berbagai sumber).